Jangan Pernah Gagal untuk TAHU DIRI !


Kamu boleh gagal dalam hal apapun, tapi jangan gagal dalam satu hal yaitu TAHU DIRI.
Sebuah pernyataan yang dilontarkan oleh Ust. Felix Siauw dalam sebuah podcastnya bersama Reymond Chin. Pernyataan ini begitu meninggalkan kesan dalam benak, karena hal ini merupakan sesuatu yang saat ini hampir semua orang gagal. Dalam semua aspek kehidupan yang kita temui dalam keseharian kita, tidak sedikit ditemui orang yang gagal TAHU DIRI.

Memang kata TAHU DIRI ini secara harfiah tidak ditemui dalam KBBI, namun jika kita melakukan pencarian di google, TAHU DIRI dapat diartikan sebagai "memahami keadaan dan kedudukan diri sendiri". Dalam ilmu psikologi, TAHU DIRI adalah kemampuan untuk memahami diri sendiri, termasuk kelebihan dan kekurangan, nilai, dorongan, dan dampaknya bagi diri sendiri dan orang lain.

Dari arti diatas, seseorang yang TAHU DIRI akan dapat memahami kedudukannya saat ia berinteraksi baik dalam kehidupan sehari-hari, dalam dunia kerja maupun dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Untuk itu, kita harus mengenal dan memahami diri kita sendiri sebelum bisa mengenal dan memahami orang lain. Karena dengan mengenal diri sendiri, itu hal yang sangat penting agar hidup menjadi bahagia. Terkadang kita tidak pernah merasa bahagia, bukan karena hal yang kita inginkan tidak tercapai melainkan ekspektasi yang kita buat terlalu lebih dari kemampuan kita. Sekali lagi ini karena kita tidak TAHU DIRI.

Untuk bisa TAHU DIRI, perlu kita tanamkan beberapa sifat yang akan mengarahkan kita untuk itu, diantaranya :

  1. Pahami Hak dan Kewajiban. Dalam sebuah interaksi, kita harus benar benar mengetahui dengan jelas, mana HAK dan mana KEWAJIBAN. Jangan pernah selalu menuntut hak tapi melupakan kewajiban yang harus dilakukan. Saat ini, sering kita temui tidak sedikit orang yang tidak TAHU DIRI, selalu melihat dan merasa HAKnya tidak terpenuhi tapi pura pura lupa kalo ia belum melakukan kewajibannya. Padahal kedua hal ini haruslah sejalan, semakin banyak HAK yang kamu minta untuk dipenuhi maka harus berbanding lurus dengan semakin banyaknya kewajiban yang engkau laksanakan.
  2. Sadar kedudukanmu saat ini. Dalam sebuah interaksi, kita harus benar benar sadar posisi atau kedudukan kita saat ini. Jangan sampai kita berbuat sesuatu melebihi dari kewenangan yang kita miliki. 
  3. Pantaskan diri. Kita perlu menyadari kelebihan dan kekurangan yang dimiliki. Selalu lakukan evaluasi dan perbaikan. Selalu belajar dan mengupgrade kemampuan. Pastaskan dirimu dengan apa yang diamanahkan padamu saat ini. 

Pastikan kamu benar benar tau apa yang kamu tau. Jangan sampai kamu tidak tau apa yang kamu tidak ketahui. Jangan malu belajar jika memang tidak tau, apapun itu, dimanapun itu dan kepada siapapun itu, belajarlah.

Posisikan dirimu sesuai dengan apa yang kamu ketahui. Jangan berani mengambil amanah yang terkait dengan sesuatu yang tidak kamu kuasai. Jika kamu sudah diposisi itu, teruslah belajar terkait apa yang diamanahkan kepadamu itu hingga kamu layak ada di posisi itu. Karena dalam Islam juga sudah ditegaskan dalam hadist yang diriwayatkan Bukhari Muslim: "Apabila suatu urusan diserahkan kepada yang bukan ahlinya, maka tunggulah masa kehancurannya".

Jumardi Nasir, S.Si

Kutipan bermakna : Aku bukanlah Aku, Aku adalah Meng-Aku, Aku adalah Aku saat Ajal Menjemputku

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama